MURIANEWS, Jepara – Warga Kabupaten Jepara yang dirawat di rumah sakit karena terkonfirmasi positif Covid-19 saat ini tersisa 67 orang. Dari jumlah itu, 41 pasien dirawat di rumah sakit di Jepara, dan sisanya di luar daerah.

Kabupaten Jepara sendiri kini berstatus Level 4 dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Muh Ali mengatakan,penurunan jumlah pasien dirawat juga diiringi turunnya kasus aktif sampai 65 persen, dalam kurun waktu tiga pekan terakhir.

Menilik data di laman corona.jepara.go.id, kasus aktif Covid-19 saat ini sebanyak 436 kasus, terdiri dari 67 orang dirawat dan sisanya isolasi mandiri. Hingga kini akumulasi kasus positif covid-19 di Bumi Kartini mencapai 17.285 kasus.

Dari akumulasi tersebut, sebanyak 15.889 pasien dinyatakan sembuh. Angka kesembuhan itu setara 91,92 persen. “Karena BOR (bed occupancy rate, red) tempat tidur turun, secara otomatis pasien yang dirawat juga ikut turun.  

Pasien (Covid-19, red) yang dirawat saat ini 41 di Jepara, 26 di luar Jepara,” sebut Muh Ali, Selasa (27/7/2021). Pihaknya memaparkan, kini di RSUD Kartini Jepara merawat 14 pasien positif Covid-19. Di RSUD Rehatta Kelat ada 16 pasien Covid-19 yang saat ini dirawat.

Sedangkan di RSI Sulatn Hadlirin saat ini hanya empat pasien covid-19 yang dirawat. “Di RS Graha Husada sekarang masih ada tiga pasien. Kemudian di RS PKU Muhammadiyah Mayong dan RSU Aisyiyah Jepara masing-masing ada dua pasien yang masih dirawat,” terangnya.

Terpisah, Bupati Jepara Dian Kristiandi menyebut, BOR di Jepara kini tinggal 13 persen yang terisi. Seluruh tempat karantina terpusat pun sudah kosong.

“Angka BOR kita saat ini 13 persen, ini penurunan yang sangat luar biasa,” pungkasnya.  

Reporter: Faqih Mansur Hidayat Editor: Ali Muntoha


Diterbitkan di Berita

MURIANEWS, Semarang – Penyebaran Covid-19 varian delta di Jawa Tengah telah meluas. Bahkan disinyalir, varian ini yang menjadi biang lonjakan kasus di beberapa daerah di Jateng akhir-akhir ini.

Terlebih, dari 106 sampel yang diambil dari sejumlah daerah di Jateng, 95 sampel positf varian delta. Tak hanya itu, temuan terbaru varian ini juga menyerang anak-anak di bawah umur 17 tahun.

“Hampir seluruh sampel kemarin yang kita kumpulkan dari beberapa kabupaten/kota, ternyata hampir semuanya varian delta.

Kalau sudah begini, ini alert (peringatan) buat kita untuk semakin waspada,” kata Ganjar usai memimpin rapat evaluasi penanganan Covid-19, Senin (12/7/2021).

Ganjar menyebut, dari 95 sampel yang positif itu, 23 di antaranya merupakan anak-anak usia di bawah 17 tahun. Bahkan beberapa di antaranya merupakan balita. Temuan varian delta ini tak hanya di Kabupaten Kudus saja.

Tapi sudah menyebar, ke Jepara, Grobogan, Salatiga, Kota dan Kabupaten Magelang, Karanganyar, serta Solo. Rinciannya, dari 72 sampel asal Kudus, 62 di antaranya positif varian delta.

Kota Salatiga ada enam sampel yang dites, hasilnya lima positif varian delta. Kabupaten Jepara ada tiga (sampel), semuanya positif varian delta. Grobogan dua sampel, semuanya varian delta. Kabupaten Magelang dua sampel, dua-duanya varian delta.

Begitu juga Kota Magelang dan Karanganyar masing-masing tiga sampel, dan semuanya positif varian delta. Dan terakhir Solo dengan 16 sampel, semuanya varian delta.

Dengan kondisi ini menurut Ganjar, kewaspadaan memang harus lebih ditingkatkan. Termasuk mengurangi mobilitas untuk memutus angka penularan. “Maka pergerakan masyarakat harus dikurangi. Masyarakat harus lebih tahu soal ini.

Memang tidak enak, tidak nyaman. Tapi kita harus melakukan itu, sebab kalau tidak, ini akan membahayakan semuanya,” tegasnya. Ia menyebut, pihak kepolisian akan menambah lokasi-lokasi penyekatan guna menekan mobilitas warga.

Setiap kepala daerah di Jateng juga diminta membuat kebijakan yang seragam. “Industri juga saya minta patuh betul pada aturan yang berlaku, yang kritikal, esensial harus mengikuti ketentuan, tidak boleh ada kerumunan,” ucapnya.

Ganjar juga meminta jajarannya dari level atas sampai tingkat desa untuk terus melakukan komunikasi dan edukasi pada masyarakat agar bergandengan tangan untuk melawan pandemi ini.

“Masyarakat bisa diedukasi untuk tidak keluar dari wilayah itu. Sehingga tidak banyak yang turun ke jalan. Sebab kalau sudah turun ke jalan, pergi ke kota, ini kan terjadi mobilitas tinggi. Dan dari data Google, mobilitas warga di Jateng masih tinggi,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng Yulianto Prabowo menambahkan, belum ada varian berbahaya lain selain varian delta di Jateng. Meski begitu, varian delta juga menjadi ancaman karena penularan dan fatalitasnya sangat tinggi.

“Dari laporan genome sequencing, hampir semuanya varian delta. Dari Kudus, Jepara, Salatiga, Magelang, Kota Magelang, Karanganyar dan Solo,” jelasnya. Yuliano menyebut, varian ini sangat cepat penularannya bahkan juga menyerang anak-anak.

Dari data yang ada, sampel dari anak-anak semuanya menunjukkan varian delta. “Ada bayi yang usianya baru 6 bulan, positif varian delta. Ada yang balita, ada yang remaja. Di bawah 17 tahun cukup banyak, dari sampel yang kami ambil, semuanya delta,” pungkasnya.  

Reporter: Ali Muntoha Editor: Ali Muntoha


Diterbitkan di Berita

MURIANEWS, Jepara – Sejak dimulainya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara sudah melakukan berbagai upaya untuk menekan angka kasus Covid-19.

Hasilnya angka kasus memang menurun. Namun, di sisi lain, Bupati Jepara Dian Kristiandi, justru mengaku masih lemah dalam soal mobilitas masyarakat. “Kita masih ada beberapa titik lemah pergerakan (mobilitas, red) masyarakat.

Disinyalir oleh kita, pergerakan ini justru ada di pabrik saat karyawan masuk kerja,” kata Andi, Senin (12/7/2021).

Untuk itu, pihaknya telah meminta kepada pabrik-pabrik yang masuk sektor esensial, hanya mempekerjakan 50 persen karyawannya yang disesuaikan dengan total nilai produksi yang akan dicapai.

Untuk mengurai mobilitas masyarakat, sejauh ini pemerintah telah melakukan sejumlah tindakan. Seperti gencar merakukan operasi di tempat kerumunan dan mematikan lampu di sejumlah jalan kota.

Terlepas dari kelemahan itu, Andi mengatakan bahwa sepuluh hari pelaksanaan PPKM Darurat hasilnya cukup menggembirakan. Yakni angka kasus aktif Covid-19 menurun hampir 50 persen dalam sepekan terakhir.

Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Jepara, sejak tanggal 6 Juli lalu angka kasus aktif berada di angka 1.683, dan Senin (12/7/2021) telah turun menjadi 922 kasus.

Ditanya kapan Jepara akan keluar dari situasi darurat, Andi menegaskan itu tergantung dari pemerintah pusat. Sebab, yang menentukan adalah pemerintah pusat. Sehingga, pihaknya merasa tidak memiliki kewenangan untuk keluar sendiri dari zona darurat ini.

“Ini konteksnya adalah Jawa-Bali. Saya yakin, kalau memang semuanya turun pasti pusat akan menentukan Jawa-Bali ini akan kembali ke titik, yang saya enggak tahu itu sebutannya apa,” jelas Andi.

Untuk diketahui, dengan jumlah kasus aktif 922 ini, per hari ini Bumi Kartini keluar dari zona merah dan kembali ke zona oranye dengan risiko sedang. Kendati demikian, Bupati tetap memohon kepada masyarakat untuk terus menjalankan hidup dengan melaksanakan protokol kesehatan ketat.

Reporter: Faqih Mansur Hidayat Editor: Ali Muntoha

 

Diterbitkan di Berita

MURIANEWS, Jepara – Angka kasus Covid-19 di Kabupaten Jepara terpantau fluktuatif. Hingga saat ini, status Jepara masih berada di zona merah. Status tersebut dipastikan oleh Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Jepara, Muh Ali.

Meskipun di laman resmi corona.jepara.go.id statusnya sudah oranye dengan risiko sedang, pihaknya memastikan bahwa status Jepara masih Zona Merah.

“Benar, di laman resmi itu memang zona oranye. Tapi yang benar kita masih zona merah,” ungkap Muh Ali, Sabtu (10/7/2021). Di laman resmi itu, hingga Jumat (9/7/2021) malam, jumlah kasus aktif orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 1.105 orang.

Dalam lima hari terakhir, penambahan dan penurunan angka kasus cukup signifikan. Secara berurutan, sejak tanggal 5 Juli lalu, jumlah kasus sebanyak 1.562 orang, kemudian naik menjadi 1.780 orang pada 6 Juli.

Meningkat lagi pada 7 juli sebanyak 1.796 kasus, kemudian turun menjadi 1.329 pada 8 Juli, dan pada 9 Juli kembali turun menjadi 1.105 kasus. Sebelumnya, satgas mengaku terdapat tumpukan sampel tes PCR sejak pekan lalu.

Itu memengaruhi jumlah kenaikan kasus pada pekan ini. Masih banyaknya orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Jepara dan memerlukan perawatan di rumah sakit, membuat konsumsi oksigen oleh pihak rumah sakit masih tinggi.

Di RSUD RA Kartini Jepara misalnya, dalam sepekan sedikitnya membutuhkan 6.000 liter oksigen. Humas RSUD Kartini, Hadi Sarwoko mengatakan, untuk kebutuhan oksigen tabung liquid di ICU dan ruang terpusat membutuhkan 800 liter per hari.

Sementara, kebutuhan oksigen tabung berukuran 6 meter kubik, tiap hari sebanyak 15 hingga 20 tabung. “Sehari oksigen yang (tabung) liquid butuh 800 liter, jadi seminggu setidaknya 6.000 liter, itu pun kami masih ketar-ketir,” ujar Hadi.

Untuk memenuhi kebutuhan oksigen, RSUD Kartini menambah perusahaan pemasok. Semula, hanya bekerja sama dengan satu perusahaan. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan oksigen, kini bekerja sama dengan tiga perusahaan.

“Kalau tidak pandemi dengan satu perusahaan saja cukup. Tapi karena ini persediannya harus lebih, perusahaan yang selama ini sudah bekerjasama secara lisan mengatakan tidak sanggup,” kata Hadi.

Selain memenuhi kebutuhan oksigen yang dirawat, RSUD Kartini juga membantu pemenuhan oksigen sejumlah fasilitas kesehatan di Jepara. itu seperti Puskesmas di Karimunjawa dan sejumlah rumah sakit swasta.

“Mana yang punya tabung kosong kami pinjam dulu, begitu juga sebaliknya,” kata Hadi.  

Reporter: Faqih Mansur Hidayat Editor: Ali Muntoha


Diterbitkan di Berita

BETANEWS.ID, SEMARANG – Setelah sempat mengalami kenaikan cukup tinggi dan menjadi perhatian nasional, kasus Covid-19 di Kabupaten Kudus terus melandai. Bahkan saat ini, Kudus dinyatakan telah keluar dari zona merah penyebaran Covid-19 di Jawa Tengah.

“Kudus melandai, bahkan sekarang sudah oranye kalau dari data epidemologis. Kudus sudah tidak masuk zona merah,” kata Ganjar ditemui di kantornya, Selasa (6/7/2021).

Dengan berhasilnya penanganan kasus Covid-19 di Kudus, Ganjar berharap daerah-daerah sekitar Kudus yang merah bisa segera melandai.

“Kami harapkan tren Kudus bisa mempengaruhi area sekitarnya yang masih tinggi. Ya Jepara, Pati, Rembang dan sekitarnya,” jelasnya.

Ganjar mengatakan, pihaknya terus memantau penanganan kasus Covid-19 di daerah zona merah sekitar Kudus. Beberapa melandai, namun untuk Jepara sedang meningkat. “Jepara lagi meningkat sekarang, jadi kami terus perhatikan,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Ganjar juga meminta daerah lain di Jateng untuk terus meningkatkan BOR di masing-masing rumah sakit. Sehingga jika terjadi lonjakan, tidak akan ada kepanikan.

“Semua saya minta tidak boleh berdiam diri. Pengalaman di Banjarnegara, kemarin itu kasusnya biasa saja. Sekarang terjadi peningkatan cukup tinggi. Maka kemarin saat rapat, saya minta Kadinkes Banjarnegara untuk menyiapkan semuanya,” tegasnya.

Seperdi diketahui, peningkatan kasus Covid-19 di Kabupaten Kudus sempat menggegerkan banyak pihak. Peningkatan yang terjadi secara mendadak usai lebaran itu membuat rumah sakit di Kudus tak mampu menampung pasien.

Tak hanya Pemkab Kudus, Pemprov Jateng juga turun tangan untuk menangani lonjakan kasus di Kudus. Bahkan pemerintah pusat baik dari Kementerian Kesehatan, BNPB juga terjun langsung untuk menangani peningkatan kasus di sana.

Editor : Kholistiono

Diterbitkan di Berita

MURIANEWS, Jepara – Gebyar vaksinasi yang diselenggarakan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Jepara, Rabu (30/6/2021) terbilang sukses. Pasalnya, hanya dalam waktu tiga jam, seribu vaksin ludes diserbu masyarakat.

DKK Jepara menjadwalkan vaksinasi hari ini dimulai pukul 08.00 WIB. Namun, ternyata antusiasme masyarakat sangat tinggi. Sejak pukul 06.00 WIB, masyarakat sudah mengantre di depan gerbang Gedung Wanita.

Nur Mahmudah (30), salah satu peserta vaksinasi asal Kecamatan Jepara, mengaku rela meninggalkan pekerjannya demi mendapatkan vaksin. Beruntung pihak perusahan tempat ia bekerja memberikan izin.

“Ini saya izin ninggalin kerjaan sebentar. Kalau kita nunggu kan, ada yang berbayar. Kalau ada yang gratis kenapa enggak mau,” kata Mahmudah, Rabu (30/6/2021). Menurutnya, vaksinasi sangat penting.

Sebab, selain menjaga diri, kekebalan imunitas yang timbul dari vaksin juga bisa melindungi keluarga dan orang terdekat. “Kalau kita tidak vaksin, prosesnya (pandemi, red) akan lama. Kita sudah ingin kondisi kembali normal,” ujar dia.

Sementara itu, Nur Aini, warga Desa Sekuro, Kecamatan Mlonggo, gagal mendapatkan vaksin hari ini. Sebab, ia datang terlambat. Namun, dirinya tetap akan kembali besok pagi. “Saya terlambat ini. Formulirnya sudah kehabisan.

Katanya kuotanya cuma seribu. Besok saya datang lebih pagi lah. Katanya jam tujuh sudah dimulai,” ujar dia. Sedangkan, Bupati Jepara Dian Kristiandi, menyebut seribu formulir peserta vaksin ludes hanya sekitar tiga jam.

Bahkan, tak sedikit warga yang terpaksa pulang meski belum tervaksin. “Kita targetkan 3.900 vaksin per hari di semua fasilitas kesehatan. Hari ini di Gedung Wanita kita pusatkan supaya bisa dipercepat vaksinasinya.

Di sini dua hari. Nanti kita evaluasi,” kata Andi saat meninjau vaksinasi.

Jika vaksinasi terpusat dirasa efektif, Andi akan melanjutkannya. Dari seribu orang yang divaksin hari ini, tidak ditemukan satupun peserta yang terkena Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

Reporter: Faqih Mansur Hidayat Editor: Ali Muntoha

Diterbitkan di Berita

MURIANEWS, Jepara – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara mengirim permohonan kepada Pemprov Jateng supaya diberi mobil laboratorium polymerase chain reaction (PCR).

Tujuannya, supaya pembacaan hasil sampel swab hasil tracing cepat diketahui. Sekertaris Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Jepara Muh Ali mengaku pihaknya telah meminta mobil laboratorium PCR itu pada pekan lalu.

Muh Ali mengatakan, mobil laboratorium PCR tersebut sangat dibutuhkan untuk mempercepat pembacaan sampel hasil tracing. Sebab, saat ini untuk mengetahui hasil tes PCR butuh waktu lebih kurang sepekan.

“Kalau ada mobil PCR diharapkan bisa lebih cepat, sebab saat ini tracing kami meningkat,” kata Muh Ali, Rabu (23/6/2021). Ia menyebut, saat ini antrean pembacaan hasil tracing hingga 2.000 lebih sampel.

Sementara, kemampuan tes PCR di Kabupaten Jepara dalam sehari maksimal 400 sampel. Kondisi ini mengakibatkan antrean menjadi sangat panjang. Sehingga, diketahuinya orang yang mungkin terkonfirmasi positif Covid 19 menjadi sangat telat.

“Jadi kalau hari ini dites PCR, hasilnya baru bisa diketahui lima hari yang akan datang. Itu sebabnya, kami minta bantuan mobil PCR ini ke pemprov,” kata Muh Ali.

Tingginya tracing yang dilakukan seiring dengan meningkatnya kasus Covid-19 di Bumi Kartini. Hingga Rabu pagi ini, jumlah kasus yang aktif di Bumi Kartini ada 2.232 orang yang terkonfirmasi positif Covid 19.

Sementara secara keseluruhan di Jepara sudah ada 12.556 kasus. Dari jumlah itu, 9.683 orang di antaranya telah sembuh. “Saya memohon masyarakat bisa menjalankan protokol kesehatan sehari-hari. Selalu pakai masker dan cuci tangan dengan rajin,” pungkasnya.  

Reporter: Faqih Mansur Hidayat

Editor: Ali Muntoha

Diterbitkan di Berita

Dian Utoro Aji - detikNews Jepara - Kabupaten Jepara, Jawa Tengah masuk zona merah penyebaran virus Corona atau COVID-19. Satgas Penanganan COVID-19 menyebutkan ada 300 tenaga kesehatan (nakes) terkonfirmasi positif COVID-19.

"Kita saat ini tengah rekrutmen tenaga nakes, karena perawatnya habis. Banyak yang positif juga, ada nakes 300-an," kata Jubir Satgas Penanganan COVID-19 Kabupaten Jepara, Muh Ali saat dihubungi detikcom lewat sambungan telepon, Minggu (20/6/2021).

Ali menjelaskan ratusan nakes tersebut saat ini ada yang sedang menjalani isolasi mandiri namun juga ada yang tengah dirawat di rumah sakit. Namun Ali tidak merinci secara pasti.

"Ada dirawat dan ada yang isolasi mandiri. Kita tidak mungkin mendeteksi satu-satu," ungkap dia.

Dia mengatakan pemerintah daerah tengah mengadakan rekrutmen tenaga kesehatan. Menurutnya pemkab membutuhkan nakes sebanyak 70 sampai 100 nakes. Namun saat ini baru mendapatkan 30 nakes.

"Pemkab disediakan anggaran untuk nakes, cuma kita rekrutmen tidak cepat, dapatnya baru 30 an, butuhnya 70 sampai 100 nakes," ungkap Ali.

Ali menambahkan kebutuhan nakes tersebut nantinya akan diperbantukan rumah sakit di Jepara. Terlebih rumah sakit di Jepara tengah menambah ruang untuk pasien COVID-19 yang mencapai 50 persen lebih.

"RS Kartini lebih dari 50 persen disiapkan untuk itu (ruang pasien COVID-19) yang di Kelet juga perintah Gubernur harus lebih dari 50 persen. Saat ini, semalam tempat tidurnya penuh. Kemarin sore update terakhir, sedangkan nakes kita banyak yang kena," tambah Ali.

Dari data kasus COVID-19 di Jepara per Minggu (20/6) konfirmasi aktif ada sebanyak 2.567 orang. Dirawat di rumah sakit ada 327 orang dan 2.240 menjalani isolasi mandiri.

Berikutnya kasus sembuh ada 8.738 orang, lalu kasus meninggal dunia ada 609 orang. Secara keseluruhan ada sebanyak 11.914 orang terkonfirmasi positif Corona.

(mbr/mbr)

Diterbitkan di Berita

Dian Utoro Aji - detikNews Jepara - Sebuah masjid dan gereja saling berhadapan di Jepara, Jawa Tengah. Keduanya pun menjadi saksi bisu keharmonisan umat muslim dan kristiani di Jepara.

Masjid dan gereja tersebut berada di Desa Tempur Kecamatan Keling. Masjid itu bernama Nurul Hikmah dan Gereja Injili Tanah Jawa.

Untuk sampai di lokasi cukup jauh dari pusat kota Jepara. Jaraknya sekitar 50 kilometer atau sekitar 1 jam 32 menit. Belum lagi lokasi dari Kecamatan Keling menuju Desa Tempur cukup ekstrem dan menikung. Sebab letak Desa Tempur berada di lereng Gunung Muria.

Meski cukup ekstrim namun keindahan alam masih alami. Ditambah suasana pedesaan, menjadi daya tarik sendiri untuk datang ke Desa Tempur. Masjid dan gereja tersebut berada di Dukuh Pekoso Desa Tempur.

Pendeta gereja Injili Tanah Jawa Desa Tempur, Suwadi mengatakan kedua tempat ibadah tersebut dibangun terlebih dahulu gereja daripada bangunan masjid. Bangunan gereja didirikan sejak tahun 1988.

Suwadi mengatakan dulu sebelum ada gereja masyarakat kristiani menjalankan ibadah di rumah. Hingga akhir warga bergotong-royong mendirikan gereja di Desa Tempur. "Terus lama-lama ada renovasi gereja sampai sekarang itu. Dulunya di rumah tahun 1986," ungkapnya.

Sedangkan pembangunan masjid baru tahun 2003. Pengurus masjid tersebut adalah kakak kandung Suwadi bernama, Giran Hadi Sunaryo.

"Lokasi memang gereja dan masjid, yang masjid itu kan kakak saya. Masjid kakak saya, gereja adik, saya sendiri. Saudara kandung. Gereja yang dulu, tahun 2003 masjid nyusul," ungkap Suwadi.

Suwadi mengatakan selama ini meski lokasi bersebelahan justru rasa toleransi masyarakat cukup tinggi. Kedua umat islam dan kristiani bahkan saling bantu membantu.

"Masalah toleransi orang sini sangat bagus sampai sekarang. Andai kata gereja ada renovasi, umat muslim ya ikut bergotong-royong, ya tenaga ya nyumbang semen. Ya nanti kalau masjid bangun begitu juga, umat kristiani ya ikut andil masalah pembangunan juga," kata Suwadi.

Tidak hanya itu, saat perayaan hari besar pun kedua umat tersebut saling menghormati. Suwadi mencontohkan saat perayaan hari raya idul fitri, serambi masjid penuh sehingga pihak gereja menyediakan tempat.

"Kalau ada hari besar, misalnya saat Natal, gereja tidak muat, ya di serambi masjid. Kalau masjid ada lebaran, bisa di gereja," ucapnya.

Pengurus Masjid Nurul Hikmah, Abu Abdillah mengatakan kedua umat muslim dan kristiani di Desa Tempur saling bertoleransi. Menurutnya tidak pernah ada konflik meski lokasi masjid dan gereja bersebelahan.

"Ya di antaranya dua tempat ibadah ini ya saling toleransi, saling tolong menolong. Bantu membantu. Ya rukun-rukun saja, tidak saling berpendapat lain, kalau ada kerja bakti.

Misalkan masjid membangun, dari orang kristiani membantu tenaga, tapi sebaliknya kalau gereja membangun, dari umat islam juga saling membantu. Saling kerja samalah," kata Abu.

Abu menceritakan pernah suatu ketika perayaan besar umat islam dan kristiani bersamaan. Keduanya pun saling menghormati saat perayaan hari besar.

"Pernah hari raya dan Natal hampir sama. Itu di antara orang Islam bisa menjaga diri jangan sampai menganggu, kristiani juga jangan menganggu agama lain. Saling menghormati," ucapnya.

Kades Tempur, Mariyono menuturkan Desa Tempur termasuk desa yang memiliki rasa toleransi tinggi. Di desa tersebut mayoritas beragama Islam. Meskipun perbedaan keyakinan namun bisa hidup secara berdampingan.

"Tempur termasuk desa toleransi sangat tinggi, karena di wilayah presentasi 98 persen adalah Islam. Dan sisanya Kristen," terang dia.

Menurutnya di Desa Tempur terdapat 3.575 jiwa dan ada enam dukuh. Masyarakat secara administrasi beragama Islam dan Kristen. Menurutnya selama ini tidak ada konflik di lingkungan masyarakat.

"Secara administrasi di kependudukan hanya dua, Islam dan Kristen. Di tempur ada enam dukuh. Jumlah jiwa saat ini 3.575 jiwa. Untuk sampai saat ini itu konflik tidak ada dengan latar belakang agama. Itu terbukti kami hidup berdampingan," pungkasnya.

(mbr/mbr)

Diterbitkan di Berita